Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Berita

Tempilang di Bawah Bayang-Bayang Pengelapan Timah: Menelusuri Jejak Oknum di Balik Nama Bahkti

19
×

Tempilang di Bawah Bayang-Bayang Pengelapan Timah: Menelusuri Jejak Oknum di Balik Nama Bahkti

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Laporan Investigatif dari Sebuah Kampung yang Menyimpan Terlalu Banyak Rahasia

Tempilang, Bangka Barat, Gaspar86.com — Saat matahari tenggelam dan suara azan dari mushola kecil mulai menggema, sebuah kehidupan lain justru baru dimulai di sudut-sudut gelap Tempilang. Di belakang mushola yang cat putihnya mulai mengelupas itu, terdengar suara gesekan karung, dentingan timbangan tua, dan deru saringan besi yang mengais pasir timah. Aktivitas ini berlangsung nyaris tanpa henti, Selasa (18/11/2025).

Example 300x600

Dua dunia hidup berdampingan: ibadah dan perdagangan timah ilegal. Keduanya tidak saling bentrok, seolah saling memahami dan menjaga rahasia masing-masing.

Bahkti, Nama yang Selalu Disebut

Dalam beragam percakapan warga, satu nama terus muncul: Bahkti. Sebuah rumah sederhana miliknya di dekat persimpangan Air Lintang menjadi titik pergerakan yang tidak pernah benar-benar sepi. Motor dan mobil datang silih berganti membawa karung-karung yang secara kasat mata tampak biasa, tetapi beratnya sudah mampu bercerita.

“Dari luar rumahnya tidak mencurigakan,” ujar salah seorang warga yang enggan disebutkan identitasnya. “Tapi kalau kalian tunggu sampai tengah malam, baru terlihat apa yang disebut orang sebagai hukum yang lupa alamat di Tempilang.”

Ketika dikonfirmasi, Bahkti menanggapi dengan santai. “Aku ini cuma beli dari orang yang datang. Kalau banyak, ya rezeki. Yang penting tak ribut.”

Sebuah jawaban yang terdengar ringan, namun menyiratkan alur transaksi yang jauh lebih kompleks.

Di belakang mushola itu berdiri sebuah kampel—pos pencucian dan penampungan pasir timah—yang sudah menjadi pusat aktivitas ekonomi gelap warga.

Bunyi karung diseret, air cucian mengalir, dan saringan bergoyang seperti mesin industri kecil.

“Kadang kami salat dulu di mushola, habis itu lanjut angkat karung,” kata seorang pemuda yang pernah bekerja paruh waktu. “Lucu, tapi begitulah hidup di sini.”

Kampel ini menjadi simpul awal dari pasir timah rakyat yang mengalir ke berbagai kolektor—salah satunya disebut-sebut menuju rumah Bahkti.

Bahkti tidak membantah ataupun mengonfirmasi secara langsung.

“Kalau mereka datang, itu karena butuh pembeli. Di kampung begini, siapa lagi tempat mereka menjual?”

Pengakuan Orang Dalam: Lima Tahun Dokumen Hilang

Investigasi membawa tim kami kepada seorang narasumber yang telah bertahun-tahun bekerja di salah satu CV pengolahan timah resmi. Ia menggambarkan kondisi yang jauh lebih gelap dari sekadar rumah yang dijadikan gudang ilegal.

Dalam keterangannya, ia menuturkan:
“Dari tujuh tahun saya kerja, cuma dua tahun datanya bersih. Lima tahun lainnya, timah masuk sama, timah keluar sama—tapi kertasnya hilang.”

 

Ia menyebut operasi ini berjalan seperti struktur komando:
Aon memberi arahan dari atas
Bansah mengatur jalur kecil di lapangan

Seorang oknum yang tidak disebutkan nama memberi instruksi lewat telepon
“Tak pernah ada tanda tangan. Yang ada cuma perintah.”

1.000 Ton Per Bulan

Salah satu klaim paling mengejutkan adalah pernyataan bahwa Aon mampu mengelola hingga 1.000 ton timah per bulan dari berbagai jalur.

“Penambang kecil tak pernah tahu angka ini. Mereka cuma jual satu-dua karung. Tapi karung-karung itu kalau dikumpulkan jadi gunung.”

Yang membuat jejaring ini stabil, menurutnya, adalah satu keyakinan yang terus beredar di lapangan:

“Jangan takut. Ini dijamin Satgas.”

Sebuah kalimat yang seolah menjadi izin tak tertulis bagi mafia timah untuk bergerak dengan lebih leluasa.

Program kompensasi Rp20.000/kg untuk penambang rakyat, yang seharusnya membantu kesejahteraan, justru kerap menjadi ironi.

“Uangnya besar, tapi yang sampai ke rakyat cuma sisa,” ujar narasumber.

Dalam beberapa kasus, kompensasi yang seharusnya mencapai ratusan juta rupiah hanya diterima dalam bentuk lembaran lusuh bernilai jauh lebih kecil.

Transaksi Gelap: Dari Darat, Pesisir, Hingga Tengah Laut

Salah satu bagian paling gelap dalam kesaksian narasumber adalah pemindahan lokasi transaksi berdasarkan jumlah barang.

“Kalau barang banyak, kadang transaksi dilakukan di tengah laut. Malam-malam. Setelah itu pembagian cepat. Kalau tidak, ricuh.”

Warga Tempilang menyebutnya sebagai “malam panjang tanpa saksi.”

Berdasarkan temuan lapangan, Bahkti hanyalah bagian kecil dari rantai panjang.

“Kalau kalian mau tutup semua, jangan mulai dari aku,” katanya.
“Mulailah dari mereka yang punya kapal.”

Pernyataan ini memberikan gambaran bahwa ia bukan aktor utama, melainkan wajah yang paling mudah terlihat dalam jaringan yang lebih besar dan lebih rapat.

Dampak Sosial: Ketika Ilegal Menjadi Normal

Tambang ilegal tidak hanya menggerus tanah dan air, tetapi juga merusak tatanan sosial.

Warga saling mencurigai

Peran kurir dan mata-mata tumbuh

“Jatah aman” menjadi istilah yang biasa

Air kolong tidak lagi aman
Anak-anak berenang di air yang bahkan orang dewasa tak berani sentuh

“Kalau hukum datang, dia cuma lewat jalan besar,” kata seorang warga.

Seorang ibu menambahkan lirih:
“Mungkin lampu gang mati. Atau ada yang sengaja matikan.”

Satire yang menyakitkan, tetapi jujur.
Tempilang terus berjalan.
Kampel terus berdenting.
Rumah Bahkti tetap ramai setelah senja.

Timah, mineral yang menjadi kebanggaan nasional sekaligus sumber luka panjang Bangka, terus berkilau—namun kilauan itu kini lebih mirip pantulan luka daripada cahaya harapan.

Setiap karung yang keluar membawa jejak:

tanah yang hilang,
air yang keruh,
kepercayaan yang runtuh,
dan masa depan yang semakin kabur.

Bahkti hanyalah satu nama.

Kisah ini bukan tentang dirinya semata, melainkan tentang sebuah sistem yang telah dibiarkan hidup dalam gelap bertahun-tahun, hingga warga mulai mengira bahwa gelap itu adalah hal yang wajar.

Di Tempilang, hingga cahaya benar-benar berani menembusnya, dua suara akan terus berdampingan:

doa dari depan mushola, dan karung dari belakang kampel.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *