Mentok, Bangka Barat, Gaspar86.com — Angin sore dari pesisir Tempilang berhembus lembut ke arah utara, membawa aroma asin laut dan suara nelayan yang baru kembali dari melaut. Di tengah kesunyian ruang kerjanya, Achmad Nursyandi, Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (Dinsospemdes) Kabupaten Bangka Barat, berbicara dengan nada pelan namun tegas tentang satu hal yang terus menjadi perhatiannya: desa yang berdaya, bukan sekadar bertahan.
“Pembangunan itu bukan hanya jalan dan gedung, tapi bagaimana masyarakat di desa memiliki kekuatan untuk mengelola kehidupannya sendiri,” ujar Achmad saat ditemui di ruang kerjanya, Jum’at (31/10/2025).
Menurutnya, empat desa di pesisir Kecamatan Tempilang yaitu Tanjung Niur, Sinar Surya, Benteng Kota, dan Air Lintang. Keempat desa ini menjadi contoh wajah pembangunan yang beragam. Ada desa nelayan yang bergulat dengan tambatan perahu dan kelestarian lautan, ada desa pertanian yang masih mencari jalur wirausaha muda, ada pula desa wisata yang mencoba merawat tradisi ketupat sambil belajar digitalisasi.
“Desa-desa ini memiliki roh pemberdayaan yang kuat. Tapi mereka butuh pengorganisasian yang lebih sistematis,” lanjutnya.
Dinsospemdes Bangka Barat, kata Achmad, sedang mendorong terbentuknya pengiat pemberdayaan desa sebagai wadah yang diharapkan menjadi jembatan antara pemerintah, pelaku ekonomi lokal, dan lembaga adat. Forum ini akan menampung gagasan, menyinergikan potensi, dan menjadi ruang tukar pengetahuan antar desa.
“Kalau nelayan di Tanjung Niur bisa belajar dari Pokdarwis Air Lintang soal promosi digital, dan sebaliknya warga Air Lintang memahami tata kelola ekonomi komunitas seperti di Sinar Surya, itu sudah langkah maju,” tuturnya.
Ia menyebut bahwa dalam dua tahun terakhir, kegiatan Bina Pamong Desa yang digelar rutin telah menjadi ruang belajar bagi para perangkat desa. “Kita ingin perangkat desa tidak hanya mengurus administrasi, tetapi juga menjadi fasilitator pemberdayaan,” kata Achmad.
Dalam data laporan kelembagaan yang dihimpun oleh tim kajian Dinas Sosial PMD, disebutkan bahwa:
– Tanjung Niur, memiliki potensi ekonomi kelautan dan tambatan perahu nelayan hasil kemitraan CSR PT Timah.
– Sinar Surya, menjadi sentra perkebunan rakyat yang memerlukan pelatihan wirausaha.
– Benteng Kota, menyimpan nilai historis dan adat, dengan potensi wisata sejarah.
– Air Lintang, telah menjadi bagian dari program Desa Wisata Nasional dengan ikon tradisi Perang Ketupat.
“Empat desa itu seperti nadi yang saling mengalirkan kehidupan. Jika satu desa kuat, maka kecamatan akan tumbuh. Dan bila kecamatan kuat, maka kabupaten menjadi kokoh,” ungkap Achmad dengan pandangan jauh menatap peta Bangka Barat di dinding kantornya.
Harapan untuk Masa Depan
Dinsospemdes Bangka Barat, lanjutnya, tidak hanya ingin membangun sarana fisik, tetapi menumbuhkan kesadaran kolektif dalam masyarakat. Ia menegaskan pentingnya pendidikan, pelatihan digital, dan penguatan ekonomi berbasis komunitas.
“Anak muda desa harus diberi ruang untuk memimpin perubahan. Kita sedang siapkan program pelatihan digital marketing dan wirausaha berbasis BUMDes agar potensi lokal tidak hanya berhenti di papan nama,” ujar Achmad.
Ia juga menyebutkan perlunya dukungan CSR dan kemitraan dengan lembaga pendidikan, agar pemberdayaan desa tidak terhenti pada satu periode anggaran.
Sore semakin larut, dan sinar matahari menembus kaca ruang kepala dinas, memantulkan warna oranye lembut di meja kayu yang penuh berkas. “Pembangunan itu sejatinya perjalanan hati,” kata Achmad sebelum menutup wawancara.
“Kalau masyarakat sudah merasa memiliki desanya, maka tak ada program yang sia-sia.”
Dari laut Tanjung Niur hingga ladang Sinar Surya, dari batu tua Benteng Kota hingga tradisi ketupat di Air Lintang denyut pembangunan kini bergerak pelan, tapi pasti, di bawah payung pemberdayaan yang semakin kokoh.


















